shutterstock ILUSTRASI:
KOMPAS.com - Rata-rata kita menghabiskan 120 gram plastik untuk membungkus kado Hari Natal. Jumlah itu akan terakumulasi sebanding dengan jumlah orang yang menggunakannya. Terlebih penting lagi menyangkut isu lingkungan, karena hampir seluruhnya tak bisa didaur ulang.
Tapi, kini ada inovasi baru dari para ilmuwan di Universitas Warwick, Inggris. Para ilmuwan tersebut berhasil mengembangkan sebuah teknik sehingga 100 persen plastik yang digunakan bisa didaur ulang, dipecah menjadi molekul yang lebih sederhana dan digunakan lagi untuk membuat produk lain.
Teknik yang dimaksud bernama pyrolisis, sebuah teknik penguraian yang didasarkan pada penggunaan panas dalam kondisi tanpa oksigen untuk mengubah senyawa kompleks menjadi sederhana. Teknik ini dikatakan bisa mengubah polimer polystyrene menjadi monomernya, styrene.
Dikatakan ilmuwan-ilmuwan tersebut, senyawa plastik yang telah diuraikan dengan teknik ini bisa diolah lagi menjadi berbagai produk. Teknik ini menghasilkan lilin yang bisa digunakan untuk lubricant, monomer styrene yang bisa digunakan untuk membuat polystyrene lagi, serta karbon yang bisa digunakan sebagai pewarna cat ataupun ban.
Saat ini, teknik yang semula dikembangkan dalam skala laboratorium tersebut tengah diuji untuk bisa diaplikasikan dalam skala industri. Warwick Ventures, unit di Universitas Warwick yang bertanggungjawab dalam transfer teknologi pengembangan ini berharap, teknik tersebut bisa diaplikasikan di wilayah setempat.
"Kami mengharapkan adanya pabrik yang bisa mengolah 10.000 ton pastik per tahun. Setiap reaktor nantinya bisa menghasilkan senyawa kimia yang nilainya mencapai 5 juta pound," ucap Professor Jan Baeyens, ilmuwan yang turut mengembangkan teknik ini.
Lebih lanjut, ia mengatakan, setiap reaktor yang nantinya digunakan bisa menghemat biaya pengelolaan sampah sebesar 500 ribu pound.
"Karena kebutuhan energinya hanya 50 ribu pound per tahun, maka teknik ini secara komersial sangat menarik bagi industri," imbuhnya.
Selain bisa digunakan untuk mendaur ulang plastik pembungkus kado natal, teknik tersebut juga dapat digunakan untuk mengolah produk-produk plastik rumah tanggga lainnya. Teknik ini dikatakan jauh lebih efektif dari teknik pengolahan plastik saat ini yang hanya mampu mengolah 12 persen plastik saja.
Sabtu, 25 Desember 2010 | 13:20 WIB
Sumber : SCIENCEDAILY Karena kebutuhan energinya hanya 50 ribu pound per tahun, maka teknik ini secara komersial sangat menarik bagi industri.
-- Jan Baeyens
Teknik yang dimaksud bernama pyrolisis, sebuah teknik penguraian yang didasarkan pada penggunaan panas dalam kondisi tanpa oksigen untuk mengubah senyawa kompleks menjadi sederhana. Teknik ini dikatakan bisa mengubah polimer polystyrene menjadi monomernya, styrene.
Dikatakan ilmuwan-ilmuwan tersebut, senyawa plastik yang telah diuraikan dengan teknik ini bisa diolah lagi menjadi berbagai produk. Teknik ini menghasilkan lilin yang bisa digunakan untuk lubricant, monomer styrene yang bisa digunakan untuk membuat polystyrene lagi, serta karbon yang bisa digunakan sebagai pewarna cat ataupun ban.
Saat ini, teknik yang semula dikembangkan dalam skala laboratorium tersebut tengah diuji untuk bisa diaplikasikan dalam skala industri. Warwick Ventures, unit di Universitas Warwick yang bertanggungjawab dalam transfer teknologi pengembangan ini berharap, teknik tersebut bisa diaplikasikan di wilayah setempat.
"Kami mengharapkan adanya pabrik yang bisa mengolah 10.000 ton pastik per tahun. Setiap reaktor nantinya bisa menghasilkan senyawa kimia yang nilainya mencapai 5 juta pound," ucap Professor Jan Baeyens, ilmuwan yang turut mengembangkan teknik ini.
Lebih lanjut, ia mengatakan, setiap reaktor yang nantinya digunakan bisa menghemat biaya pengelolaan sampah sebesar 500 ribu pound.
"Karena kebutuhan energinya hanya 50 ribu pound per tahun, maka teknik ini secara komersial sangat menarik bagi industri," imbuhnya.
Selain bisa digunakan untuk mendaur ulang plastik pembungkus kado natal, teknik tersebut juga dapat digunakan untuk mengolah produk-produk plastik rumah tanggga lainnya. Teknik ini dikatakan jauh lebih efektif dari teknik pengolahan plastik saat ini yang hanya mampu mengolah 12 persen plastik saja.
Sabtu, 25 Desember 2010 | 13:20 WIB
No comments:
Post a Comment